Saat ini, mengganti gigi tidak lagi membutuhkan waktu yang lama. Cukup dalam waktu satu jam saja gigi baru bisa ditanam dalam rongga mulut.
Hal ini diungkapkan saat Nobel Biocare mengundang specialist dental group Singapore (SDG) untuk berbagi pengalaman mengenai NobelGuide Teeth-in-an-Hour prosedur implan gigi di Indonesia pada Sabtu, (20/2).
Prosedur Teeth-in-an-Hour atau penanaman gigi dalam satu jam ini diawali rancangan sebuah template yang disesuaikan dengan ukuran mulut pasien. Fungsinya adalah agar menghasilkan operasi yang minimal invasif dan penyembuhan yang cepat. Tamplete ini difabrikasi di Swedia dengan menggunakan Dental CT scan pasien dan imaging software tiga dimensi yang bisa dikirim via internet.
Gigi tiruan yang telah dipersiapkan dapat dilekatkan pada implannya pada saat bersamaan. Waktu yang dibutuhkan hanya satu jam.
Prosedur pemasangan gigi secara konvensional biasanya memakan waktu sekitar enam hingga sembilan bulan. dr. Neo Tee Khin, seorang prostodontis mengatakan, “Dengan prosedur Teeth-in-an-hour, pasien mendapat gigi yang berasa seperti gigi asli, tampak seperti gigi, dan berfungsi sebagai gigi”. Ia juga mengatakan bahwa prosedur tersebut bisa menjadi pilihan tepat bagi pasien yang kehilangan gigi.
Seperti yang dilakukan Richard Soh (56). Di rongga mulutnya, hanya dua gigi yang masih asli, sedangkan sisanya adalah gigi palsu. Dengan berbekal informasi dan koneksi ia pun menemukan prosedur ini. Maka, penanaman gigi implan pun ia lakukan. Di hari yang sama, ia melakukan penanaman gigi di Universitas Trisakti tepat pada saat acara sedang berlangsung. Sejam kemudian ia pun datang dengan gigi barunya.
Ia terlihat senang dan selalu tersenyum seolah sedang memamerkan gigi barunya. “Ini adalah kesempatan kedua yang diberikan Tuhan kepada Saya untuk mendapatkan gigi baru,” katanya.
Dr. Ho Kok Sen, spesialis bedah mulut dan maksilofasial menjelaskan, “Pasien tidak mengalami pembengkakan ataupun merasa sakit. Pasien dapat segera makan, senyum, dan berbicara setelah prosedur selesai”. Hal tersebut pun dibenarkan Richard yang tidak merasakan rasa sakit dan berencana akan segera makan sate.
dr. Neo Tee Khin mengatakan bahwa implan yang ditanam di mulut pasien bersifat permanen. “Implant bisa gagal jika tidak dijaga sehingga terjadi infeksi,” ujarnya. Perawatannya pun sama seperti gigi normal pada umumnya, harus dibersihkan, disikat, dan ke dokter gigi untuk diperiksa.
Namun, ia menyakinkan prosedur ini dijamin tingkat kesuksesannya. Prof Ansgar Cheng, seorang prostodontis menegaskan hal tersebut, “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tingkat kesuksesan yang telah kami capai lebih dari 90 persen”. Ia pun menambahkan tidak ada batasan umur untuk penanaman implant gigi ini.
Sayangnya, prosedur ini belum bisa ditemui di rumah sakit di Indonesia. Pasalnya, belum ada dokter yang benar-benar menguasai penanaman gigi secara implan apalagi dalam waktu satu jam. “Tetapi kami—pihak SGD—tetap melakukan kerja sama berupa pendidikan dan pelatihan dengan para dokter Indonesia,” ujar Jason Tee, manager marketing and activities Nobel Biocare.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/104748/menag-jelaskan-penistaan-agama-dan-nikah-siri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar